Tuesday, January 17, 2012

Manajemen Waktu: Hargailah orang yang sudah menunggu anda.

Kali ini saya akan menulis beberapa fenomena yang menjadi bahan perhatian lebih saya di Indonesia selama ini, yaitu tentang manjemen waktu, budaya antri, membuang sampah, dan merokok di tempat umum. Dan entry kali ini saya akan membahas tentang manajemen waktu. Saya menulis ini bukan untuk menggurui, tapi hanya sekedar uneg-uneg selama ini dan juga sebuah himbauan, himbauan untuk saya sendiri, keluarga, teman-teman, dan khalayak pada umumnya. Jadi, tolong ambil sisi positifnya saat membacanya.

Semua pasti tidak asing dengan fenomena jam karet, sebuah "kebudayaan Indonesia" yang beranak pinak sejak dulu. Saya tidak tahu sejarah awalnya, tapi itulah salah satu hal negatif yang dicirikan oleh negara lain untuk kita, jika membuat janji dengan „orang Indonesia“. Saya sendiri tidak selalu tepat waktu, tapi saya selalu mengusahakan untuk tepat waktu. Hal ini banyak saya pelajari sewaktu saya tinggal 6 tahun di Jerman dengan budaya tepat waktu yang sangat tinggi, dari administrasi kepemerintahan, transportasi hingga masalah sekedar janjian bertemu teman. 

Saya ambil contoh yang gampang, yaitu transportasi. Jika Anda ingin naik bus/subway saja, telat  1 menit…tidak…beberapa detik saja, Anda harus menunggu 10 - 15 menit berikutnya. Malah jika sudah malam atau akhir pekan, bisa menunggu 30 menit sampai 1 jam. Anda bisa bayangkan jika itu sedang musim dingin. Tak jarang saya juga sering sprint ke halte atau turun ke stasiun subway demi mengejar bus/kereta tsb, karena Anda tidak akan ditunggu, kecuali ya jika ada penundaan (delay). Ya…bedanya di sana telat itu karena alasan yang masuk akal, yaitu gangguan sinyal, kecelakaan atau cuaca buruk. Selebihnya, dalam keadaan normal, semua berjalan sesuai jadwal. Anda bisa memperkirakan jam berapa Anda pergi, dan jam berapa Anda sampai tujuan.

Ya…pasti beberapa atau banyak orang mungkin berpikir, itu kan di negara maju, manajemen transportasinya sudah bagus. Di Indonesia, terutama Jakarta, yang transportasi umumnya masih terbilang "bapuk" dan macet di mana-mana, tidak akan bisa. Siapa bilang? Itu bukan suatu alasan untuk tidak tepat waktu. Orang yang berpikir seperti itu terus, tidak akan pernah mengubah kebiasaannya sampai kapan pun, dan kita akan selalu dikenal dengan budaya jam karet terus menerus.

Sebenarnya banyak yang bisa kita lakukan untuk mengubah sikap atau budaya jam karet. Tidak usah muluk-muluk untuk mengubah penduduk satu negara dulu, tapi mulailah dari diri sendiri, lalu tularkan pada orang-orang sekitar Anda. Insya Allah, sedikit demi sedikit, akan mengubah kebiasaan yang tidak menyenangkan tersebut. Kenapa saya sebut tidak menyenangkan? Karena saya sering sekali dibuat menunggu lama, malah ada yang tanpa kepastian, dan itu sangat menjengkelkan, di mana pun tempat janjian itu berada, bahkan di mall sekalipun. Banyak yang bilang pada saya, katanya, kalau tinggal di Indonesia, ikutilah "budaya Indonesia." What a laughing stock! Budaya? Budaya yang mana?! Alhasil, saya memang tak bisa mengubah orang lain, kecuali diri mereka sendiri yang berniat mengubahnya. Saya hanya bisa menghimbau dan menginformasikan, pentingnya menghargai waktu dan “waktunya orang.”

Jadi? Solusinya apa? Ada beberapa tips yang saya berikan di sini. Mudah-mudahan bisa menjadi acuan untuk sedikit demi sedikit menjadi orang yang menghargai waktu dan orang lain:

1) Memperkirakan waktu yang cermat  dan tepat.

Misalnya, Anda janjian jam 12.00 di sebuah tempat. Jam berapa Anda harus siap-siap?

Berapa lama Anda kira-kira harus siap-siap dari rumah sampai siap untuk berangkat ? Lalu yang tak kalah pentingnya adalah transportasi. Jika Anda menggunakan taksi atau kendaraan pribadi, mungkin bisa lebih cepat. Kalau kendaraan umum, nah…Anda harus siap waktu ekstra, yang harus dikalkulasikan, tergantung jauh atau dekatnya tempat tujuan dan kemungkinan "acara" macet, ngetem atau lama nunggu bus.

Misalnya jika saya, yang rumahnya di Condet, dan mau ke Mangga Dua dengan bus, dan mau sampai sana jam 12, saya berangkat dari rumah jam 10, paling telat sekali jam 10.30. Jadi saya sudah siap-siap dari jam 9 pagi karena saya butuh waktu sekitar 1 jam untuk berpakaian, makan, dll, sampai siap berangkat. Saya selalu memperkirakan 2 jam perjalanan jika naik kendaraan umum yang jaraknya agak jauh. Anda pasti juga bisa mengira-ngira jarak tempuh dari tempat Anda ke tempat tujuan, dan menyesuaikan sesuai dengan kondisi masing-masing.

Sebenarnya memang tidak susah, di sini kita harus mempunyai komitmen dan integritas diri untuk datang tepat waktu, kepada siapa pun orangnya. "Toh nanti si A juga nunggu kalau telat", adalah pikiran yang benar-benar egois. Jika Anda tidak peduli dengan waktu Anda, setidaknya hargailah waktu orang yang telah lama menunggu Anda.
 
2) Etika ketika telat.

Tidak bisa dipungkiri, pasti ada saja hal-hal yang menyebabkan telat. Entah hal-hal yang memang disengaja atau pun tidak. Saya pun ada kalanya juga telat. Tapi apapun sebabnya, jika Anda telat, harap memberitahu via apa pun yang bisa dihubungi. Toh, jaman sekarang hampir semua orang punya alat komunikasi. Anda hanya meluangkan beberapa menit untuk memberitahu keberadaan Anda dan akan sampai jam berapa karena ketelatan itu. "Kalau dikasihtau, takut kena omel karna telatnya lama.“ Lebih baik Anda dimarahi di depan karena telat, daripada Anda tidak memberitahu sama sekali tanpa kabar, dan itu sangat jauh menjengkelkan bagi penunggu. Setidaknya dengan memberitahu, ada kepastian di sana. Jika Anda memang "diceramahi panjang lebar", ya itu hal yang wajar, terima saja, dan minta maaflah, Anda memang salah karena telat.

Dan, jika ada perubahan jadwal, karena Anda tidak bisa berangkat seperti yang direncanakan, harap bilang atau memberitahu lebih awal. Misalnya jika Anda seharusnya berangkat jam 10, tapi jam 09.30 Anda belum siap-siap dan memperkirakan sepertinya tidak bisa berangkat jam 10 , waktu itu lah Anda sesegara mungkin memberitahukan. Jika Anda memberitahu baru jam 10.10, sedangkan teman Anda sudah berangkat dari jam 10, sama saja dengan membiarkan teman Anda menunggu lebih lama. Mungkin kalau tempat menunggunya nyaman masih lumayan, bagaimana jika di pinggir jalan, bahkan tak ada tempat untuk berteduh dan tempat duduk pun tak ada?


Menunggu (dalam konteks tema ini) adalah hal yang sangat menjengkelkan. Hargailah diri Anda dengan menghargai orang lain, terutama jika Anda juga adalah seorang profesional yang bekerja atau menggeluti bisnis. Berempatilah. Tempatkanlah posisi orang lain di posisi Anda ketika berpikir dan bertindak. Perlakukanlah orang lain sebagaimana Anda ingin diperlakukan.[RMF]